PENSIL : Pendidikan yang Berhasil
- Dilihat: 457
Oleh Nana Supriyatna, S.Pd., M.M.
(Kepala TAS SMAN 1 Tenjolaya Kabupaten Bogor)
1. Pensil utuh
2. Pensil sudah diserut
3. Pensil 3/4
4. Pensil 1/4
Pensil utuh, tampak bagus, berharga tapi belum berguna dan belum memiliki arti apa apa, ketika hilang, ya hilang saja paling kita beli lagi.
Tidak ada kenangan, tidak ada memori yang digores. Kita tidak dapat melihat kekuatan dan kepekatan pensil tersebut, selain tampilannya yang elegan.
Begitupun seorang guru,
Ketika seorang guru hanya tampil elegan, anggun tanpa bisa berbuat untuk menggoreskan pengetahuan pada ruang tabularasa anak, maka keberadaannya relative tidak berarti apa-apa.
Ketika ia pergi, yang tertinggal hanya rupa dan nama.
Kita tidak melihat kompetensi yang dimilikinya.
Pensil utuh yang diserut, adalah pensil elegan yang sudah siap untuk dipergunakan, tapi belum dipakai, kalau toh sudah digunakan mungkin hanya goresan kecil tanpa kita tahu kekuatan dan kepekatannya.
Ketika pensil itu patah, kita berusaha untuk menajamkannya kembali agar bisa membuat goresan
Guru seperti ini adalah guru yang relative minim pengalaman, jam terbangnya rendah.
Ketika ada kegagalan dia berupaya mengulang kembali apa yang sudah dikerjakan tanpa ada improvisasi dan kreativitas. Guru seperti ini biasaya menyalahkan kegagalan pada siswa. Padahal harus kita sadari bahwa
“tidak ada anak yang gagal dalam pembelajaran, tetapi karena dia tidak mendapatkan guru yang tepat”
Tapi dari sisi program guru seperti ini sudah berupaya menyusun/membuat program yang terencana, terinci, dan terukur agar dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik. Tetapi, program sebaik dan sehebat apapun tidak ada artinya tanpa sebuah kecerdasan untuk mengimplementasikannya dihadapan siswa.
Pensil 3/4, adalah pensil yang sudah sering digunakan, sudah banyak goresan yang dihasilkan, mungkin sudah beberapa patah, tapi beberapa kali pula dilakukan upaya menajamkan kembali, bahkan mungkin pensil itu bisa patah sewaktu diserut.
Guru seperti ini adalah guru yang sudah mulai belajar dari pengalamannya, mulai bekerja keras dan berupaya untuk memperbaiki kinerjanya.
Informasi, contoh, pengalaman sudah digunakan dalam proses pembelajaran, tetapi masih rendah dalam inovasi dan kreativitas. Ketika kejenuhan mulai dirasakan, yang terjadi adalah kembali kepada rutinitas yang monoton.
Kondisi seperti ini butuh treatment dan penyegaran untuk membangun kecerdasan berinovasi.
Pensil 1/4, adalah pensil yang jelak, sudah lama digunakan, sudah sering patah, sering jatuh bahkan sering terselip karena bentuknya yang sudah pendek.
Banyak luka dan serpihan kayu yang sudah tanggal Tetapi goresan yang dihasilkan sudah sangat banyak, ketika patah kita dengan cepat menajamkannya kembali, pensil yang seperti ini biasanya pensil yang disayang oleh pemiliknya karena sudah banyak jasanya, ketika pensil ini patah atau terselip pemiliknya tidak pernah berpikir untuk membeli yang baru, karena rasa cintanya terhadap pensil tersebut.
Guru seperti ini adalah guru yang sudah memiliki jam terbang tinggi, pengalaman yang hebat serta pengetahuan yang luas.
Kegagalan demi kegagalan yang dialami tidak pernah membuat patah semangat, justru menjadi tantangan untuk mengembangkan kreativitas.
Orang seperti ini biasanya out of the box, berani keluar dari zona nyaman, selalu membangun pengetahuan dan keterampilan, sehingga dia dapat melaksanakan pembelajaran secara kreatif dan menyenangkan. Dia tidak pernah menyalahkan siswa ketika gagal, tapi disadari sebagai kegagalan dirinya. Orang ini menyadari bahwa;
- tingkat keberhasilan siswa dalam belajar adalah potret kemampuan dirinya,
- siswa cerdas hanya lahir dari guru yang cerdas
- siswa kreatif hanya lahir dari guru yang kreatif
Guru adalah model yang harus dapat ditiru, dijadikan contoh, dan menjadi panutan.
Itulah guru yang dirindukan siswanya.
Yang harus kita renungkan seperti pensil apakah kita sekarang dan apa yang harus kita lakukan?
Goresan pensil tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, ketika goresan itu salah, maka dia kan salah selamanya dan ketika benar, benarlah selamanya.
Guru adalah pensil itu!
Ketika pengetahuan, contoh dan keteladanan dilakukan dengan keliru maka kekeliruan itu akan terbawa sampai akhir hayat.
Jika kebaikan, kebenaran yang goreskan maka itupun akan terbawa sampai akhir hayat, dan inilah ladang amal kita.
Pembelajaran akan berhasil ketika kita bisa membangun antusiasme belajar siswa.
Antusiasme bisa diawali dengan;
- Penampilan menarik dan tidak membosankan
- Kalimat yang keluar adalah kalimat yang mudah dicerna
- Menunjukan keluasan berfikir dan kekayaan pengalaman
- Pahami tingkat kedewasaan siswa
- Sampaikan terlebih dahulu gold dari pembelajaran itu
- Jadikan mereka teman dalam membangun pengetahuan
- Hargai walaupun pendapat mereka keliru, karena keberanian berpendapat itu lebih penting dibanding pendapatnya.
Siswa kita sangat haus akan pengetahuan jadilah air yang dapat memuaskan dahaga.
Tetapi ingat, kalau air yang diberikan hanya air putih saja, maka itu hanya dapat menghilangkan rasa haus, tanpa sebuah rasa. Tapi kalau yang kita berikan air yang manis, selain menghilangkan haus aka nada kenikmatan di dalamnya.
Jadilah guru yang membangun kenikmatan belajar.
Terima kasih,